Minggu-minggu yang membosankan

Kamis, 11 Maret 2010

Kenapa aku tulis judul seperti ini ??

Minggu-minggu ini aku sangat tersiksa,dihitung dari mulai senin,aku gak bisa menjalankan aktivitas onlineku setiap saat,mulai kurang darah,banyak lagi.
1.Gak bisa Online karena netbookku di bawa ayah ku,kenapa ayah gak bawa laptopnya sendiri ?? huhh :'(.
2.kurang darah karna kecapean hahahai.
3.stres mikirin motor kesayangan belum kelar-kelar juga.
4.ingin cepat netbookku di balikin,pengen nulis di my daily notes aaarrrggghhhh !!!
hahahaha orang bodoh .

**

Sebenernya selasa kemaren aku mau nulis tentang "AYAM SEKOLAH",namanya keren ya,tapi kenapa musti ayam hahaha.
prostitusi anak yang dilakukan para pelajar,biasanya ku denger cuman AYAM KAMPUS ternyata ada lagi yang sejenisnya hahaha aneh-aneh aja.
Mungkin gak ya,kan ayam sekolah itu mau di bilang pelacur anak sekolahan kelas ecek-ecek gitu kali wkwkwkkwk,berarti ayam sekolah itu pakai baju sekolah dong tiap melakukan aktivitas seperti itu,apa mungkin diantara mereka itu ada yang bukan pelajar ya??
Dan hanya memakai baju sekolah tersebut untuk menutupi kedok pekerjaan seperti itu.
Tapi mau di taruh kemana moral bangsa kita??
kita ini adalah penerus bangsa,buat apa bekerja seperti itu,aku juga tau mungkin mereka hanya ingin mencari uang bekel tambahan tapi kan bisa dengan cara lain,bisa juga jaga counter pulsa hp.
gak tau pada kemana tuh otak anak-anak jaman sekarang.

**

Miris liat di KaltimPost Online

Makin beragam saja cara yang dipakai para germo di Balikpapan untuk memuaskan pelanggannya. Salahsatunya dengan membuat semacam parade siswi SMU di kamar hotel dengan tujuan agar sang pria hidung belang bisa memilih sesuai selera. Tip yang didapatkan pun tentu bisa lebih tinggi.
HUJAN disertai petir silih berganti menyambut datangnya malam di Kota Beriman, Selasa baru-baru ini. Di sebuah kamar hotel ternama di wilayah Klandasan, Balikpapan Selatan, seorang wanita yang ditemani seorang bocah usia sekira empat tahun tampak sibuk menelepon. Suaranya lantang, bahkan tak jarang terdengar membentak. “Susah kamu itu. Kamu yang dicarikan uang, tapi kamu yang lambat-lambat,” tukasnya lantas menutup ponsel berwarna merah miliknya.

Ibu muda itu sedang memerintahkan sejumlah pekerja seks komersial (PSK) dari kalangan siswi alias “ayam sekolah'' untuk segera datang ke hotel. Di dalam kamar, wartawan Kaltim Post, Mami (germo), dan dua “ayam” sekolah telah hampir sejam menanti “pertunjukan” yang dijanjikan sang Mami. Sebab perjanjian sebelumnya, Mami akan membawa lebih dari lima siswi SMU sekaligus untuk dipilih sesuai selera pelanggan.

Dua gadis yang telah berada di dalam kamar adalah siswi salahsatu SMK negeri di wilayah Ringroad Balikpapan Selatan. Sebelumnya mereka datang berbarengan dengan Mami.

Salahsatu dari siswi itu menenteng sebuah map berwarna biru. Saat ditanya, map itu berisi ijazah yang pagi sebelumnya diurus di sekolahnya. Namun ia enggan memperlihatkan lebih jelas. “Dia itu butuh uang mengurus ijazah. Katanya disuruh bayar Rp 300 ribu. Makanya dia butuh uang,” ujar Mami kepada Kaltim Post.

Kedua gadis itu belum balik ke rumahnya usai pulang sekolah. Hal itu diketahui dari pengakuan mereka, ditambah lagi di masing-masing tasnya terdapat seragam sekolah, lengkap dengan jilbabnya. “Saya izin ke rumah teman. Yang penting sebelum jam 9 saya harus pulang,” kata salahsatu “ayam” sekolah itu.

Sembari mengobrol, Mami tampak gelisah dan sibuk modar-mandir keluar masuk kamar. Tak lama berselang, satu persatu gadis anak baru gede (ABG) dimasukkan ke dalam kamar. Maklum, pihak keamanan hotel itu cukup ketat terhadap masuknya tamu anak di bawah umur, sehingga Mami harus menjemput satu persatu di pos sekuriti basement.

Sekira pukul 19.30 Wita, Mami berhasil memenuhi janjinya. Tujuh “ayam” sekolah diboyongnya sekaligus ke dalam kamar. Lima di antaranya siswi SMK, sisanya seorang pelajar SMP swasta di bilangan Gunung Pasir, Balikpapan Tengah, dan seorang lagi mahasiswi.

Tarif yang ditawarkan untuk siswi dan pelajar itu Rp 500.000 sampai Rp 700.000 sekali “main” (shortime). Sementara mahasiswi yang mirip artis sinetron Shireen Sungkar mematok tarif Rp Rp 1 juta untuk shortime. Semuanya memang hanya meminta shortime, sebab seluruh anak itu harus pulang ke rumah masing-masing sebelum jam 10 malam. “Mau pakai sekaligus dua juga boleh. Tergantung budget-nya,” ungkap Mami menawarkan.

Layaknya parade ladies di sebuah club malam, satu persatu diminta memperkenalkan diri dengan ramah. Sang Mami terlihat menegur dua dari siswi itu karena dinilai penampilannya terlalu norak. “Saya memang tidak ada persiapan. Habis meneleponnya dadakan. Saya ini butuh uang. Saya terima Rp 300 ribu juga nggak apa-apa Kak,” kata salahsatu siswi SMK berbisik kepada Mami.

Saat semua gadis ditolak dengan alasan kurang menarik, senyum Mami langsung muram. “Nggak masalah. Tapi tolong kasi saya uang taksi mereka,” pinta Mami lantas mengantar “ayam-ayam” itu keluar dari kamar menuju basement hotel.

Setelah itu, Mami kembali ke kamar. Ia berusaha profesional dengan tidak menunjukkan tampang kecewa apalagi marah kepada harian ini. Wanita berkulit putih mulus itu lantas menyodorkan beberapa foto di ponselnya. “Lain kali jangan dadakan kalau minta parade. Ini ada lagi model-model. Tapi satu juta ke atas. Ada perawan Rp 7 juta kalau mau. Tapi tunggu sekitar dua hari,” ujarnya. (*)

**

Mau diapakan lagi sudah,kalau ini sudah terjadi,sekarang kita kembalikan kepada orangnya masing-masing,lagi pula mereka juga yang menanggung dosanya :D
hahai


0 komentar: